Kemenkop Perkuat Ekosistem Bisnis Kopdes Lewat Program Magang Intensif 2025
Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) terus mempercepat operasionalisasi Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih melalui penyelenggaraan Program Magang Kopdes. Program ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas pengurus koperasi dalam membangun ekosistem bisnis desa yang kuat, berkelanjutan, dan adaptif terhadap digitalisasi.
Langkah strategis tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya memperkuat koperasi sebagai motor ekonomi kerakyatan. Melalui program magang yang bersifat komprehensif, para pengurus dibekali keterampilan praktis dan wawasan langsung di lapangan. Mereka diharapkan mampu mengembangkan kemitraan bisnis baru sekaligus mempercepat modernisasi koperasi di daerah.
Magang Kopdes Dihadiri Peserta dari 24 Provinsi
Kemenkop UKM menyiapkan enam lokasi magang yang dianggap berhasil menerapkan model bisnis koperasi modern. Salah satu yang menjadi rujukan adalah Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq di Ciwidey, Kabupaten Bandung — sebuah koperasi yang dikenal sukses mengelola pertanian terpadu dan bermitra dengan pasar modern.
Gelombang pertama program magang telah dilaksanakan pada 15–22 November 2025, diikuti oleh 38 peserta dari empat provinsi: Jawa Barat, Banten, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Total, program ini akan diikuti 114 peserta dari 24 provinsi yang terbagi dalam tiga gelombang.
Metode pembelajaran meliputi pembekalan materi, studi kunjungan, hingga praktik langsung di lapangan, sehingga peserta memperoleh pengalaman holistik yang bisa langsung diterapkan di koperasi masing-masing.
Kemenkop Dorong Penguatan Kemitraan dan Ekosistem Bisnis Kopdes
Deputi Bidang Pengembangan Talenta dan Daya Saing Koperasi Kemenkop, Destry Anna Sari, menegaskan bahwa program magang ini merupakan kunci dalam mempercepat penguatan ekosistem bisnis Kopdes Merah Putih.
“Kami terus mendorong Kopdes Merah Putih membangun ekosistem dan kemitraan bisnis, dengan dukungan KNEKS, PUM Representative Indonesia, dan perguruan tinggi,” ujar Destry.
Sinergi lintas instansi ini memberikan akses pengetahuan, teknologi, serta jaringan kemitraan yang lebih luas bagi koperasi. Program magang juga menjadi ajang pertukaran ide dan praktik terbaik antar pengurus koperasi dari berbagai daerah.
Belajar dari Keberhasilan Agribisnis Terpadu Al-Ittifaq
Kopontren Al-Ittifaq dinilai sebagai model sukses koperasi berbasis agribisnis terpadu. Sistem produksi mereka telah terhubung dengan berbagai supermarket modern, menjadikannya contoh ideal bagi peserta magang.
Destry menekankan pentingnya memahami rantai agribisnis secara utuh — mulai dari hulu hingga hilir. Dengan demikian, pengurus Kopdes dapat menerapkan metode yang terstruktur dan relevan di daerah masing-masing.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat, Yuke Mauliani Septina, menyebut bahwa pendekatan praktik langsung memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kapasitas pengurus. Ia menyoroti urgensi digitalisasi koperasi agar mampu berdaya saing di era ekonomi modern.
Tingkatkan Inovasi Lewat Penerapan Model Komunitas
CEO Kopontren Al-Ittifaq, Setia Irawan, berharap para peserta dapat mengadopsi formula inovatif yang diterapkan Al-Ittifaq. Ia menjelaskan bahwa peserta akan mempelajari penguatan rantai pasok, penyusunan SOP, pengelolaan produksi, hingga perencanaan jangka panjang — aspek penting dalam membangun koperasi yang profesional.
Irawan juga menekankan keunikan koperasi berbasis komunitas seperti Al-Ittifaq yang mendapat dukungan penuh dari masyarakat setempat.
“Peserta bisa menggali bagaimana koperasi berbasis komunitas dibangun dan dijalankan,” ujarnya.
Pembelajaran ini diharapkan mendorong pengurus Kopdes Merah Putih untuk membangun koperasi yang modern tetapi tetap berakar kuat pada komunitas lokal, sehingga menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.
Sumber AntaraNews
