Harga Mobil Bensin Anjlok Akibat Serbuan Mobil Listrik, Kini Mulai Rp175 Juta!
Pasar otomotif Indonesia memasuki fase baru setelah hadirnya mobil listrik produksi massal yang semakin terjangkau. Pergeseran ini membuat harga mobil bensin atau mobil konvensional terkoreksi cukup signifikan dan menandai perubahan besar dalam industri otomotif nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa tren penurunan harga terlihat jelas dalam pameran otomotif di Bumi Serpong Damai (BSD). Menurutnya, rata-rata harga mobil kini berada di kisaran Rp300 juta. Bahkan beberapa model ditawarkan hanya Rp175 juta hingga Rp190 juta, sesuatu yang dinilai belum pernah terjadi sebelumnya.
“Kalau kita lihat kemarin di pameran di Bumi Serpong Damai, harga mobil rata-rata Rp300 juta dan bahkan ada mobil yang harganya Rp175 juta sampai Rp190 juta. Artinya, dengan kehadiran electric vehicle harga mobil tertekan ke bawah dan ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Airlangga dalam Rapimnas Kadin di Park Hyatt, Jakarta, Selasa (2/12).
Penetrasi Mobil Listrik Dorong Kompetisi Harga
Airlangga menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan dampak dari meningkatnya penjualan dan penetrasi electric vehicle (EV), baik dari produsen lokal maupun global. Kompetisi harga yang semakin ketat membuat pabrikan kendaraan berbahan bakar bensin harus menyesuaikan banderol agar tetap kompetitif.
Koreksi harga ini dinilai membuka peluang lebih besar bagi masyarakat, terutama di segmen menengah, untuk memiliki kendaraan pribadi dengan harga yang lebih terjangkau.
Pasar juga menunjukkan bahwa preferensi konsumen mulai bergeser. Penjualan mobil listrik naik 18,27 persen sepanjang 2025, jauh melampaui penjualan mobil konvensional yang cenderung stagnan. Di sisi lain, penjualan sepeda motor tumbuh 8,4 persen, menandakan permintaan kendaraan pribadi tetap kuat.
“Penjualan mobil stabil namun penjualan mobil listrik naik 18,27 persen, jadi terjadi shifting dari mobil bensin ke mobil listrik,” tegas Airlangga.
Pemerintah Siapkan Insentif Baru untuk Dorong Pasar Hybrid dan EV
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saat ini tengah merumuskan usulan insentif baru untuk industri otomotif, terutama yang memiliki multiplier effect besar terhadap perekonomian nasional.
Salah satu fokusnya adalah mobil hybrid (HEV) yang diproduksi secara lokal dan memiliki nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) tinggi. Insentif dinilai penting untuk memperkuat pengembangan industri otomotif rendah emisi di Indonesia.
Saat ini, mobil hybrid mendapatkan diskon PPnBM 3 persen, namun fasilitas itu akan berakhir pada akhir tahun. Besaran insentif HEV masih jauh lebih kecil dibanding mobil listrik berbasis baterai (BEV) yang menikmati:
- PPN DTP 10 persen,
- PPnBM 0 persen untuk produksi lokal,
- Bebas PKB dan BBNKB di banyak daerah.
Alhasil, BEV rakitan lokal yang memenuhi syarat TKDN hanya membayar pajak sekitar 2 persen. Sementara itu, kendaraan hybrid tetap dikenakan PPN, BBNKB, PKB, serta opsen pajak seperti biasa.
Bahkan BEV impor dalam skema uji pasar masih memperoleh diskon bea masuk 50 persen—membuat tarif pajak hanya 12 persen dari seharusnya 77 persen. Namun fasilitas ini akan berakhir pada 2025.
Produksi Mobil Hybrid Indonesia Terus Meningkat
Dorongan insentif bagi kendaraan hybrid menjadi semakin relevan karena semakin banyak pabrikan yang memproduksi model hybrid langsung di Indonesia.
Beberapa model yang kini dirakit lokal antara lain:
- Honda HR-V e:HEV di Karawang
- Wuling Almaz Hybrid di Bekasi
- New Toyota Veloz HEV dengan TKDN lebih dari 80% di Pabrik Toyota Karawang
- Toyota Kijang Innova Zenix HEV (2022)
- Toyota Yaris Cross HEV (2023)
Kehadiran model-model hybrid lokal ini telah menyerap ribuan tenaga kerja dari sektor produksi, rantai pasok komponen, logistik, hingga penjualan. Aktivitas produksi yang meningkat juga berkontribusi pada perputaran ekonomi nasional karena rantai pasoknya lebih panjang dan lebih bernilai dibanding kendaraan impor utuh.
Sumber Merdeka.com
