Aptrindo Ungkap 800 Truk di Jateng Mangkrak karena Kekurangan Sopir Kompeten
Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng-DIY mengungkap total 4.000 unit truk di Jawa Tengah (Jateng), sekitar 800 unit menganggur atau tidak beroperasional. Truk yang tidak beroperasional lantaran, pengusaha kesulitan mendapat sopir yang kompeten.
“Jateng 20 persen kekurangan sopir. Jadi tidak heran pengusaha sama-sama di satu kota saling berebut sopir, bukan berebut muatan. Karena kalau muatan, bisa mencari kota lain,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Aptrindo Jateng-DIY, Bambang Widjanarko, Senin (24/11).
Dia menyebut di wilayahnya ada sekitar 200 pengusaha truk. Bila diestimasi secara materiil, kerugian akibat 800 unit idle mencapai Rp800 juta per hari. Angka ini, berdasarkan perhitungan satu unit minimal bisa mendapatkan keuntungan Rp1 juta per hari.
“Sekali jalan itu armada bisa hasilkan Rp1 juta, tinggal dikali saja jumlah armada dan sudah berapa hari per pengusahanya,” ungkapnya.
Bagi pengusaha truk merekrut sopir harus hati-hati sebab, bila tidak dapat menimbulkan permasalahan di kemudian hari.
“Kalau cari sopir asal-asalan gampang. Tapi dampaknya muatan hilang, ban dijual. Misal, ada truk kecelakaan, ternyata sopir pakai obat tidur. Kalau cari yang jujur, kerja baik, tidak narkoba, ini yang sulit,” ujarnya.
Banyaknya kecelakaan yang melibatkan truk selama ini di Jateng, tidak melulu salah armada. Sebab, ada sopir-sopir truk yang nakal ketika menjalankan pekerjaan.
“Faktor kelalaian pengemudi lebih banyak timbang teknis. Kita sebelum berangkat itu ada cek, inpeksi. Tapi di lapangan, ada sopir ngantuk, halusinasi karena narkoba,” jelasnya.
Profesi Sopir Tak Selalu Diinginkan
Pekerjaan sopir di Indonesia bukan pekerjaan yang diinginkan semua masyarakat. Belum lagi, gaji juga kecil dan tak sebanding risiko yang diterima di lapangan.
“Di Eropa, sopir gaji bisa setara profesor. Karena pemerintah memberi perhatian juga. Tapi di sini, pilihan terakhir, dianggap kotor,” jelasnya.
Minta Pemerintah Ikut Andil
Bambang meminta pemerintah ikut andil memberi perhatian kepada sopir truk. Termasuk meringankan biaya sertifikasi atau kompetensi bagi pengusaha truk.
“Dukungan sebenarnya seperti minim. Pelatihan ada, tapi berat biayanya. Sopir diklat satu hari full, kita yang biayai. Kalau semuanya, pengusaha mending minta sopirnya narik,” pungkasnya.
sumber merdeka
